Berawal dari sebuah titik... Berjabat erat membentuk garis... Sambung menyambung menjadi huruf... Yang menjalin sebuah kata... Merangkai kalimat... Menata cerita... Menjalin kitab...


dua puluh Februari 2009
Phow..

Jumat, 06 Maret 2009

Memaknai Sebuah Mimpi

Semalam aku bermimpi..

Dalam mimpiku aku diberi seorang bayi. Aku membawanya di sebuah pemandian atau sering disebut kolam renang. Di situ dia bermain riang. Aku sempat terheran-heran, mengapa bayi yang masih berumur sekitar 3 bulan itu sudah bisa bermain dan belompat-lompat kegirangan di sebuah kolam renang?! Aku pun terhentak ketika air kolam meluap dan volumenya makin bertambah. Dengan sigap segera kugendong bayi itu dan kutimang hingga terlelap..

Aku bawa pulang bayi itu.
Datang seorang wanita yang tinggi besar menghampiriku kemudian merampasnya dari gendonganku, tiba-tiba. Aku berusaha merampas kembali, tapi tubuhku terlalu kecil untuk melawan. Dibantingnya aku dan diinjaknya bayi itu. Sesal dan kecewa slalu menghantuiku sejak peristiwa itu.


Aku memaknainya bahwa suatu saat nanti akan ada sesuatu yang besar diberikan untukku..
Dan aku benar-benar dintuntut untuk menjaganya..
Karena kelak akan datang monster-monster besar yang hendak mengambil dan menghancurkannya..
Dengan kata lain, kelak'kan datang halang rintang dan ujian yang sangat berat yang harus aku tempuh..

Dari sekian juta mimpi-mimpi yang pernah hadir menemani tidurku, hanya satu mimpi yang menarik perhatianku, datang mengoyak kekokohan isi kepalaku.
Ah, apa aku ini sudah gila?!
Hanya mimpi seperti itu sudah aku maknai yang macam-macam?!
Tapi, benarkah jika sebuah petunjuk itu datang dari sebuah mimpi?
Ataukah mimpi itu hanya kembang tidur yang muncul karena jiwa ini lelah bergumul dengan kehidupan yang absurd?
Ah, aku semakin tak mengerti...
Atau...aku ini memang sudah gila!?


Jember, 7 Maret 2009
Phow

3 komentar:

  1. kadang bermimpi itu perlu
    agar menjadikan hidup ini lebih berarti

    BalasHapus
  2. .....maka mimpi-mimpi itu akan memelukmu

    hehe

    *Sang Pemimpi

    BalasHapus
  3. dengan bingar ingin mencecapi
    tapi dengan keikhlasan yang terpaksa kita melepasnya pergi. :)

    BalasHapus